Kamis, 21 Mei 2009

The Monologue...

Butterfly, well you landed on my mind
Damn right you landed on my ear and then you crawled inside
Now I see you perfectly behind closed eyes
I wanna fly with you and I don’t wanna lie to you

Cause I, cause I can’t recall a better days
I’m coming to shine on the occasion

You’re an open minded lady
You’ve got it all
And I never forget a face
If I’m making my own
I have my days
Let’s face the fact here, it’s you that’s got it all

You know that fortune favors the brave
Well let me get paid while I make you breakfast
The rest is up to you, you make the call

You make the call to make my day
In your message say my name

Your talk is all the talk, sister you’ve got it all

Butterfly-Jason Mraz

oke cukup menyanyinya, kembali ke bisnis. here we go.
arahan sedikit sebelum membaca cerita dibawah ini, coba bayangkan yang ngomong semua omongan dibawah ini adalah satu orang, namanya juga "monologue", walaupun dipisah-pisah, ini adalah omongan dari satu orang. kasarnya bayangin yang ngomong dibawah ini adalah orang autis hehe...selamat menikmati, maaf kalo bingung...=D

===========================================

"hei apa yang aku lakukan disini? semua bersenang-senang diluar sana, kenapa aku tetap disini. terdiam membeku melihat mereka yang disinari matahari. apa salahku hingga aku tak bisa keluar dari dinding-dinding batu ini? apakah dunia telah membenciku?"

"aah sudahlah, dunia itu memang kejam kawan. dunia ini cuma ada sebab dan akibat, tidak ada keajaiban sedikitpun, semua hanya takdir yang mengatur. tidak ada cerita dongeng di dunia ini kawan..."

"kenapa mereka begitu kejam. apakah Ia membenciku karena kemunafikanku? kenapa semua membenciku hingga aku terbuang? apakah aku pantas untuk menginjakkan kakiku di tanah ini? semua yang buruk memang hina...tapi apakah keindahan tak pernah miliki cela?"

"hei dia tidak pernah membencimu, dialah Maha Pengatur semua yang ada di tanah berdebu ini. Ia selalu melihat apa pun yang engkau lakukan, Ia selalu mendengar tiap nada yang kau ucapkan. Kenapa kau ragu? Dia tidak butuh logikamu, Ia butuh keimananmu sebagai manusia."

"ah sudahlah kawan, engkau ternyata lebih naif daripada diriku. apakah engkau merasakannya. hidupku telah mati, hidupku telah ditelan bulat-bulat oleh dunia. kalau dianalogikan aku adalah laut mati yang tak miliki arus. ia menolak semua yang ingin masuk kedalamnya, kadar garamnya memang tinggi, setinggi egoku yang tak pernah mau kalah dan menyerah"

"ego. apa yang kau pikirkan tentang ego? apakah itu jahat? apakah itu barang hina dari seorang manusia? jawab aku teman, aku menunggu setiap kata yang kau ingin lontarkan dari lidah besimu itu. Semuanya tajam, semuanya membuatku mati, tapi semua tidak miliki jati dirinya sendiri. Hanya mengekor pada semua yang telah terlontar dari mulut-mulut pemikir dunia, Plato, Einstein, Galileo, semuanya. Engkau hanya pengikut, tidak mau memimpin. itukah impianmu?"

"sudah jangan serang diriku terus, pernahkah engkau memikirkan dirimu sendiri? engkau hanya memikirkan sekitarmu, tak ada waktu untuk dirimu sendiri. Itukah hidupmu? lunak seperti tai ayam, berada dimana-mana tapi tak bisa berguna untuk orang lain. Cuma menjadi sampah, walau ia menjadi penyambung hidup bagi yang kuat berakar kedalam tanah, tapi apakah kau mau berkorban bagi para hamba sahaya?"

"itu cinta sobat. Cinta yang aku sebarkan sebagai tanda terima kasihku pada dunia. Tahukah engkau tentang cinta. Cinta bisa membawamu terbang menembus jagat raya, tapi sekali kau menyakitinya engkau akan dilempar ke dalam neraka, tiada ampun, tiada belas kasih. maukah engkau merasakannya? Aku mau"

"Yang aku tahu cinta itu hanya ranjang dan kepuasan. Tak ada yang namanya cinta sejati atau apapun itu, semua cuma karangan dari para pemimpi yang tidak mau membuka matanya. para pemimpi yang tidak mau mengenal dunia. Terkurung Bagai katak dalam tempurung"

"kenapa kau berkata seperti itu? apa kau belum pernah merasakan cinta? kalau begitu engkaulah katak dalam termpurung itu. Cinta itu nyata, bagai angin yang berhembus di atas kulitmu, cinta tak pernah terlihat tapi kita bisa rasakan sampai kedalam tulang kita."

"kalau begitu kenapa engkau belum memiliki kekasih?"

"jangan pernah tanyakan itu"

"kenapa? apakah engkau takut pada kata cinta yang kau ucapkan itu?"

"tidak, aku hanya..."

"hanya apa? hanya takut pada penolakan? takut pada kenyataan yang selalu membohongimu?"

"tidak, aku hanya ingin mencinta secara sempurna, walau itu selalu membuatku sakit"

"ah itu cuma alasanmu saja, semua cuma akar dari sikapmu yang takut akan penolakan"

"bukan, bukan itu. kenyataannya aku telah ditipu oleh prasangkaku sendiri. aku telah ditipu oleh mimpi-mimpi yang aku buat yang terus membuai ku. aku cuma mengerti, tapi tak berani berkata."

"lalu sekarang kau telah sadar, kenapa kau tetap seperti ini?"

"ah, ini cuma masalah lain yang tidak berkaitan. Kalau ini, aku hanya menghormati apa yang telah terucap. Walau aku adalah seorang yang egois, tapi aku tak ingin memaksakan cintaku pada orang yang tak mencintaiku. aku hanya ingin cinta yang seimbang. karena cinta adalah sebuah keseimbangan. Kita analogikan bagai Adam dan Hawa, Bulan dan Bintang, Yin dan Yang. Semua yang diciptakan Tuhan adalah sebuah keseimbangan. Bila aku memaksakannya, cinta itu hanya ada rasa Hambar, manis di awal dan pahit di akhir."

"hahahaha, kau terlihat semakin munafik. Keseimbangan? semua itu cuma engkau dapat bila engkau berusaha karena Tuhan menjajikan perubahan apabila kau ingin berusaha. itulah ketakutanmu, engkau takut akan roda kehidupanmu terjerembap kedalam tanah. engkau hanya jadi pengecut kecil. cit...cit...cit...HAHAHA"

"Ah kau tak mengerti maksudku. aku tetap mencintainya sampai ajal menjemputku. Bila ia ingin berada disisiku, ia hanya tinggal mengatakannya, bila ia ingin aku pergi menjauh dari kehidupannya, ia tinggal mengatakannya. Semua sekarang hanya tinggal kata-kata dari mulut indahnya yang ingin aku dengar. aku tak ingin lagi membaca kata-kata retoris dari mata, aku tak ingin lagi mendengar kata-kata yang dibawa burung-burung gereja. Aku hanya akan menunggu kata-kata yang berhiaskan mutiara yang membawaku terbang menembus angkasa ataupun kata-kata berisikan sianida yang langsung membunuhku."

"Hoahm...aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan. bateraiku sudah soak. semua yang kau katakan membuatku mengantuk. terlalu muluk, terlalu hipokrit. Engkau cuma ingin berada di zona amanmu, tak berani menantang dunia untuk satu hal baru yang tak pernah kau raih sampai kau setua ini. dasar pengecut"

"Demi apapun juga, yang kau katakan tak sepenuhnya benar. Tapi yang kau katakan sebagian ada di dalam diriku. Hipokrit. tapi inilah aku, aku ingin ke egoisanku muncul saat ini. mungkin kau berpikir aku selalu menyakiti, tapi itulah aku. orang yang membunuh perasaan untuk mencintai secara utuh. aku tak ingin melukai seseorang karena aku hanya mencintainya karena nafsu amarah dan jengah pada orang lain yang telah membuatku tak menentu hingga akhir. aku hanya ingin mencintainya secara utuh, tidak kurang, tidak lebih."

"sudahlah aku sudah lelah dengan semua omong kosong yang kita lalui dari tadi. semua cuma retorika. tak perlu ada jawaban. "

"ya kau benar"

"sudahlah lebih baik kita tidur. aku sudah lelah dan marah dengan apa yang kita perdebatkan dari tadi. lebih baik kita masuk kedalam alam mimpi agar kita bertemu dengan apa yang kita idam-idamkan. engkau menanti cintamu, aku menanti kebebasanku. kita memang senasib karena kita adalah satu tubuh yang terbagi dua."

"ya aku ingin bertemu dengan cintaku, engkau ingin bertemu dengan kebebasanmu."

"ya agar esok kita bisa kembali mengatakan ratusan kata tadi kembali, mengulang semuanya sampai kita mati."

"Apakah sekarang tak ada lagi yang ingin kita bicarakan?"

"tidak sekarang sudah cukup. aku ingin tidur"

"baiklah sekarang kita pejamkan mata kita. dan tidurlah kita hingga akhir masa"

"terserahlah, selamat tidur kawan"

"selamat tidur, sobat"

Click...lampu telah mati, dan semua mati suri...



===

Out of Business...

Tidak ada komentar: