Sabtu, 28 Februari 2009

the life of time....

mari kita bermain dengan kata-kata...

mati...
bungkam dengan tanah yang berhambur...
merajuk...
seperti sang kecil yang merangkak dalam debu
tidur...
menjadi sang pemimpi di dalam gulita malam
terhenti dibalik awan hitam
hanya menjadi kelabu
menguntit dari balik rimbunan
bisu, tua dan mati...


next one...


Out of business....

Selasa, 17 Februari 2009

another story from web browsing...

Berhentikah jadi Gelas


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau." (From : Suluk - Blogsome)

(courtesy from Http://www.pramukanet.org)

Senin, 16 Februari 2009

a little story from browsing the internet...

Sepatu Si Bapak Tua PDF Print E-mail

Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota.
Saat menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas
dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari
cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya
cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi.
Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas
sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si
bapak tua, ''Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah
juga?'' Bapak tua itu menjawab dengan tenang, ''Supaya siapa pun yang
menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.''

Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan
merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia
berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata-
mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain
memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu -- termasuk mempertahankan apa yang
sudah tak bermanfaat lagi -- adalah akar dari ketamakan. Penyebab
tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan
ini melahirkan keterikatan. Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu,
Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda
bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda
tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang
Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian
kebahagiaan Anda.

Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal
dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. Kita
sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini salah.
Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan amanah yang
suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban kita
adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan memanfaatkannya.

Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara.
Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali kepadaNya.
Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita: harta benda, kekayaan,
pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga
amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa saja yang
membutuhkannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah
secara berbeda. Kalau biasanya Anda merasa terganggu begitu ada orang
yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa bersyukur.
Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk
menjadi ''perpanjangan tangan'' Tuhan. Anda tak merasa terganggu
karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah meneruskan ''titipan'' Tuhan
untuk membantu orang yang sedang kesulitan.

Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang
berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan
sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan
tak pernah berkurang. Semua orang akan merasa menang, tak ada yang
akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, semua
unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.



Oleh: Arvan Pradiansyah, Republika

(courtesy from www.pamukanet.org)

Sabtu, 14 Februari 2009

a study from love movie...

Oke hari ini gw benar-benar menjadi lumut di kamar kosan gw, gak ada yang bisa dilakukan kecuali beresin kamar, edit foto dan tidur. Tapi emang bukan karena gw males keluar juga, tapi juga karena kemaren gw telah kehabisan tenaga jadi fotografer bandnya cemot dan kawan-kawan yang manggung di closing olimpiade ITB...Tapi di balik itu semua gw mendapatkan sebuah kata-kata mutiara dari film yang gw tonton selama bermalas-malasan di kamar kosan...begini kata-katanya

"suatu hari kakekmu membawa ku bermain roler coster di taman ria, memang menakutkan. naik, turun dan berkelok. tapi disaat aku merasa tegang, takut, dan mual tapi aku merasa senang. disaat aku harus naik dan harus turun dengan cepat lebih menyenangkan daripada dengan orang-orang yang bermain komedi putar yang hanya berputar-putar disatu tempat, membosankan"(mungkin gak semua sama dengan yang ada di film itu, tapi intinya mungkin sama)

Yak apa yang bisa dipelajari, bahwa hidup kita nggak bisa hanya melakukan sesuatu yang monoton. Kita harus berani keluar dari zona aman kita dan menantang dunia yang enggak pernah ada di dalam benak kita sama sekali. Melakukan hal baru yang nggak pernah kita bayangkan sama sekali. Walau kita takut. Tapi saat kita berani menghadapinya, minimal kita akan tersenyum dan merasa senang saat kita berhasil melewati cobaan yang menerpa kita karena Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak akan bisa kita lewati.

Yak itulah sebuah kalimat yang membuat gw cukup terperanjat saat menonton film itu. bukan karena filmnya bagus dan buat gw menangis (tapi gw gak pernah nangis kalo nonton film). Tapi karena dibalik film tentang cerminan bagaimana para orang tua mengasuh anaknya, ada sebuah kalimat yang bisa kita renungkan untuk kehidupan kita. Dan inilah yang gw sebut sebuah film cerdas yang menghibur.

Out of business =P

Minggu, 08 Februari 2009

a full of love...

for you all that go away to find way back into your home and find the warm of love...

tuhan apa ini yang kulihat
hamburan cahaya cinta dimana-mana
tiap detik ku bernafas
tiap waktu ku menatap
ku melihat sayap sang jupid yang terus menari diantaranya
tak hanya antara yang bertenaga
tapi mereka juga menyinari semua yang renta
melingkar, membumbung membawa kesetiaan ikrar dari janji yang telah diukir
dan juga diriku yang dimabuk oleh anggur malaikat cinta yang nakal

ya...ini untuk engkau yang ada disana
aku merindu bukan hanya semata untuk menyibukkan diri
tapi aku telah berikrar untuk mencinta pada yg satu
mengikat hati pada sebuah batu bernama kesetiaan
walau engkau jauh ataupun berada di sisi
walau engkau benci ataupun murka pada penyair bodoh ini
inilah aku yang tak bisa berungkap dengan kata-kata
cuma ingin memberikan sebuah syair kosong tak bermakna
tak tunjukkan apa-apa, cuma ingin menulis di kala akan terlelap
mengumbar semua imaji dan harapan

kadang sekelebat adalah pelipur lara
kadang mimpi adalah fatamorgana yang begitu indah
merekalah yang menemaniku, membawa semua harapanku
semoga mereka selalu membawanya kepadamu
bukan ingin mengganggu, hanya kebodohan seorang cucu adam
selalu memeluk harapanku dikala tidur
menjadi sang pemimpi di kala tersadar
tapi aku tak bisa membohongi
ku kan selalu ada,
ku kan selalu merindukanmu


mungkin cinta itu buta, mungkin cinta itu gila, tapi ku terus bersyukur bahwa aku pernah menemukanmu...

"berjuanglah kawan, karena hidup itu patut diperjuangkan..."
thx buat amin yang sudah memperlihatkan sebuah cerita yang indah tentang cinta
(puisi ini bukan untuk merayakan valentine, karena gw gak merayakan valentine, karena hari kasih sayang adalah tiap detik dalam hidup kita)

out of business hehehe =D

Selasa, 03 Februari 2009

Tear drop...

just read this things...i don't know if you'll be understand or not...just i want to say i'm sorry....

tolong butakanlah aku
agar aku tak bisa lagi melihat cahaya
tolong pecahkan gendang telingaku
agar aku tak lagi dapat mendengar nada yang mengalun
tolong ambil jiwaku
agar aku tak lagi menangis di dalam tidur yg sepi

bila kau bertanya kenapa engkau?
ya inilah aku yang tak bisa dipercaya
hanya sebuah penghias dan penghibur yang mematung
ingin mengerti tapi semua yang terdengar hanya kepalsuan
buat apa aku punya telinga
bila untuk mendengar semua kebohongan
untuk apa aku bermata
tapi semuanya hanya disembunyikan dibalik layar
untuk apa aku ada
kalau tak dianggap dan terkesampingkan

ya inilah aku
yang hanya berdansa didalam didalam tetesan air mata di tiap tidurnya
mengikis semua yang ada didalam kehidupannya
mati, buta, tuli dan terpinggirkan...

untuk engkau cahaya...